Edisi Kangen Jogja, Kenapa Jogjakarta itu “ngangenin”, Kenapa selalu ingin kembali ke Jogja, setiap orang pasti memiliki alasan yang berbeda-beda.
Setelah beberapa bulan ini saya tinggal di Solo, rasa kangen itu tiba-tiba datang. Rasa kangen yang tak terbendung lagi untuk kembali ke kota itu, Jogjakarta, memang selalu di hati. Ada beberapa alasan kenapa kangen itu hadir. (1) makanan, (2) tempat-tempat favorit, dan (3) tempat belajar.
(1) Makanan, entah kenapa tiba-tiba ingat ketika pergi ke angkringan sore-sore hanya untuk beli satu nasi kucing dan sate telur puyuh, sambil ngemil gorengan tempe, kadang aku suka mengambil dua nasi kucing, karena kalau mengambil satu saja berasa ada yang kurang. Tak lupa ditutup dengan es teh khas angkringan. Segar. Di beberapa tempat malah ada kopi jos dan es tape hijau, minuman itu mungkin lebih segar dari pada arak yang selalu diminum oleh Abu Nawas sebelum menulis puisi-puisi Arab. Yang kedua, Bakpia, wah rasa manisnya membuat hidup ini semakin manis.
(2) Tempat-tempat favorit. Cukup banyak mungkin yang harus dielaborasi, namun clue nya adalah pantai, bulevard Ugm, dan masjid Syuhada’. Pastinya Malioboro dan alun-alun kidul akan selalu di hati.
(3) Tempat Belajar, entah mengapa saya selalu kangen akan intelektual Jogja, karena semua sumber ilmu ada di sana, saya mulai mengenal jurnal-jurnal ilmiah JSTOR, Springer, Cambridge, dll di Jogjakarta. Buku-buku selalu baru. Di sanalah saya menemukan duniaku, ketika sepi mendera buku memang teman yang baik untuk membunuh sepi.
Namun kini, Solo adalah pijakanku, hatiku akan selalu mengingatmu Jogja, kenangan indah tertimbun di sana, Sejengkal dari Solo ada kota kecil yang menawan, Klaten, cerita nya akan menyusul karena Solo Klaten dan Jogja adalah Jalur Sutraku.
Surakarta, 18 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar