Jumat, 03 September 2010

The Atmotarunoz: Teman Tetap Teman

The Atmotarunoz: Teman Tetap Teman: "Teman mugkin sebuah mahkluk unik yang diciptakan Tuhan buat kita semua. Teman atau mungkin juga disebut kerabat, sahabat, sobat, freind, ata..."

The Atmotarunoz: I will survive Spirit

The Atmotarunoz: I will survive Spirit: "Pagi hari ini aku mendengarkan lagu I Will Survive yang dinyanyikan oleh Gloria Ganor. Aku serasa mendapatkan semangat baru untuk bisa berta..."

I will survive Spirit

Pagi hari ini aku mendengarkan lagu I Will Survive yang dinyanyikan oleh Gloria Ganor. Aku serasa mendapatkan semangat baru untuk bisa bertahan hidup lebih lama lagi. Energi kuat memancar dari suara Gloria yang seakan-akan mencambukku dengan cambuk semangat untuk terus berkata "aku harus bertahan". aku tidak boleh menyerah dengan kehidupanku dan aku harus berfikir bahwa segala sesuatu, kalau kita mau berfikir lebih keras, pasti mengandung hikmah positif bagi kehidupan kita. "Kuliah" ya kata itulah yang akan menghiasi hidupku tahun mendatang bukan "kerja" atau "menikah", mungkin dua kata terakhir itu terlalu riskan buat ku saat ini dan sangat terkesan utopis dengan kenyataan hidupku pada saat ini. Pilihan menempatkanku pada fase kuliah agar aku kelak siap menerima dua tantangan terakhir yaitu kerja dan menikah. Laksana pembukaan permainan catur model Inggris yang sangat populer dan sering bertransportasi dalam permainan yang komplek , hidupku juga akan terus mencari posisi mana yang terbaik buat ku kelak, semuanya masih misteri namun aku tetap tak luput dari sebuah ikhtiar. Semua harus kujalani karena aku yakin pilihan Tuhan adalah pilihan yang terbaik. Terserah apa yang orang lain katakan tentang pilihanku, semangatku untuk maju tak akan pernah lekang oleh waktu. I Will Survive ( 3 September 2010)

Selasa, 31 Agustus 2010

Teman Tetap Teman

Teman mugkin sebuah mahkluk unik yang diciptakan Tuhan buat kita semua. Teman atau mungkin juga disebut kerabat, sahabat, sobat, freind, atau mungkin yang lebih keArab2an yaitu ikhwan akhwat, adalah sebuah lambang kesetiaan. Kata-kata tersebut memiliki sebuah persamaan komponen makna yaitu dekat, mungkin akrab dan pengertian. Namun di lain pihak ada yang mendefinisikan teman tidak lain dan tidak bukan adalah seseorang yang setia dan selalu ada ketika kita sedih dan bahagia. Ketika kita susah ia tidak menjauh itulah teman. "Shodiquka man abkaka la man adkhakaka". Teman adalah seseorang yang membuatmu menangis bukan yang selalu membuatmu tertawa. Teman di satu sisi kadang manis kadang terasa pahit, harus hati-hati memang menyikapinya. Kadang teman seperti gula-gula yang manis tapi kadang kala ia juga berubah menjadi pahit seperti buah "mojo",tak heran maka ada istilah "mojopahit".
Kekuatan super power juga bisa datang dari teman. Laksana pahlawan super hero, teman bisa membuat kita yang lemah menjadi kuat, yang kuat menjadi lebih tahan banting. Itulah sebuah perhatian dari teman.
Aku merasakan hari-hariku dengan teman baruku di kampus biru. Setelah sekian lama, sebagai santri, aku hanya berteman dengan satu lawan jenis yaitu pria, kini aku berteman dengan laki-laki dan perempuan, tak ada perbedaan yang signifikan, namun ada sebuah gejolak dalam hati yang cukup besar, gejolak yang tidak pernah aku rasakan, gelombang pasang yang bernama cinta muncul ketika aku bersama teman-teman baruku. mereka ada yang menarik dan merasuk relung jiwaku yang membuat aku tak berdaya ditinggal olehnya. Ia laksana racun dan candu yang sangat adiktif. Akhirnya aku mengalami kerancuan antara teman dan cinta, mana teman mana cinta?kadang susah dibedakan. Namun ketika sudah masuk gelombang cinta aku hanya berusaha menikmati ke egosianku yang cukup akut, aku menjadi terasing dari teman-teman, dan aku menjadi super eksklusif. Namun kembali kepada pembahasan awal yaitu "teman" ia akan selalu menjadi gula-gula dan buah mojo dalam kehidupanku,soal cinta itu hanya sebuah karunia dari Tuhan. Indah dirasa dan sejuk di mata. Teman tetap teman, tetap mesra, tetap konflik, tetap setia, tetap perhatian, dan ia tetap bernama "teman". (31 Agustus 2010)

Rabu, 25 Agustus 2010

Generasi Milineal Dahulu dan Kini*



Salah satu faktor yang menyumbang kepada kecemerlangan suatu bangsa ialah budaya mengkaji, menulis, dan menterjemahkan karya-karya agung dari khazanah dunia untuk disampaikan kepada seluruh masyarakat. Sebagai contoh adalah kecemerlangan intelektual yang dicapai oleh Bangsa Yunani yang memiliki ahli-ahli falsafah tersohor dunia dan masih dikenal oleh manusia hingga saat ini, seperti: Aristoteles, Plato, dan Socrates. Walaupun mereka hidup beribu-ribu tahun yang lalu, namun khazanah peninggalan mereka melalui tulisan-tulisan masih dibaca dan dikaji dari generasi ke generasi.
Kekayaan khazanah karya melalui usaha penulisan dan penterjemahan ini menyumbang kepada tumbuhnya pusat-pusat ilmu serta perpustakaan-perpustakaan agung dunia (Great Library), seperti apa yang ada di kota Iskandariah di zaman Ptolemi Mesir purba, Jundhisapur di bumi Parsi dam Perpustakaan Baitul Hikmah di kota Baghdad. Kemunculan tiga kota ini sebagai kota ilmu di era masing-masing banyak dipengaruhi oleh budaya mengkaji ilmu serta mencatat dan mendokumentasikan segala penemuan dan penyelidikan mereka. Segala penulisan dan dokumen ini seterusnya akan disimpan, dan dipelihara dengan baik di perpustakaan-perpustakaan yang hingga kini menjadi sumber rujukan-rujukan primary buat para pengkaji.
Disinilah letak penting relasi antara peran perpustakaan Baitul Hikmah dan kebangkitan intelektual Islam di masa kerajaan Abbasiyah, karena Baitul Hikmah pada saat itu menjadi pusat kecemerlangan ilmu dan perpustakaan Islam yang menghimpun karya-karya agung  hasil dari penyelidikan yang dijalankan oleh para sarjana dari seluruh dunia. Mereka yang telah melakukan tiga pilar penting ilmu pengetahuan, yaitu: mengkaji, menulis, dan menterjemahkan karya-karya agung lalu mendokumentasikannya di dalam perpustakaan Baitul Hikmah adalah para generasi milineal dahulu. Karya-karya besar mereka telah mempengaruhi peradaban dunia. Sekitar 154 H, seorang pengembara India memperkenalkan naskah astronomi ke Baghdad yang berjudul  Siddhanta, yang atas perintah Al-Manshur kemudian diterjemahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim al-Fazari, yang kemudian menjadi astronom Islam pertama. Ilmu perbintangan memang telah menarik minat orang Arab sejak masa-masa kehidupan gurun pasir, karena Islam juga memberikan rangsangan penting untuk mempelajari astronomi sebagai cara untuk menetapkan arah shalat yang harus menghadap kiblat. Disinilah letak urgensi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Belakangan, pada abad kesembilan, orang India juga memberikan sumbangan penting terhadap ilmu matematika Arab, yaitu sistem desimal.
Al-Ma’mun dikenal sebagai khalifah yang mengirim utusan hingga Konstatinopel, langsung kepada Raja Leo dari Armenia, untuk mencari karya-karya Yunani. Namun orang Arab tidak memahami bahasa Yunani, dan pada awalnya harus bersandar pada terjemahan yang dibuat oleh orang yang ditaklukkan, baik Yahudi maupun orang Kristen. Mereka menerjemahkan ke bahasa Suriah selanjutnya ke bahasa Arab. Jadi, Hellenisme memasuki Arab melalui bahasa Suriah.
Sejalan dengan kebijakan yang ia ambil, pada 815 M di Baghdad Al-Ma’mun membangun Bayt al-Hikmah (rumah kebijaksanaan) atau “Darrul Ulum”, sebuah perpustakaan, akademi (lembaga pendidikan tinggi yang khusus mengajarkan disiplin ilmu tertentu), sekaligus biro penerjemahan, yang dalam berbagai hal merupakan lembaga pendidikan terpenting sejak berdirinya musium Iskandariah pada paruh abad ke-3 S.M. Baitul Hikmah ini juga dilengkapi dengan ruang-ruang kajian, perpustakaan, dan laboratorium. Dimulai pada masa Al Ma’mun, dan berlanjut pada masa penerusnya, aktivitas intelektual berpusat di akademi yang baru didirikan itu. Kebijakan pemerintah pada waktu itu cukup berpengaruh dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui media perpustakaan.
Baitul Hikmah telah mendatangkan efek yang penting bagi kehidupan intelektual pada waktu itu serta menjadi referensi umum. Bahkan Raja Louis IX dari Perancis sewaktu dalam perjalanan Perang Salib, mendapat ide dari pemikiran perpustakaannya yang pertama di ParisAl-Qanun fi al-tibAl-Risalah oleh Imam al-Syafie, Ihya' ulum al-din dan Tahafut al-falasifah oleh al-Ghazali, Tahafut al-tahafut oleh Ibn Rushd, Kitab al-tauhid oleh Abu Mansur al-Maturidi, Al-Ibanah an usul al-diyanah oleh Abu Hasan al-Ash'ari, Kitab al-Kharaj oleh Abu Yusuf, Muqaddimah oleh Ibn Khaldun - adalah sebagian kecil daripada ribuan kitab-kitab muktabar Islam yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Barat. Mereka adalah generasi milenial yang telah berhasil menyumbangkan karya agung untuk kemaslahatan dunia. Namun kecanggihan teknologi belum dirasakan oleh generasi milenial zaman dahulu, seperti fasilitas perpustakaan digital dan men-download karya tulis belum ditemukan ketika perpustakaan Baitul-Hikmah berdiri tegak di Baghdad. dari perpustakaan-perpustakaan di Laut Tengah (antara lain Baitul Hikmah). Maka tidak heranlah apabila saat ini karya-karya penting dunia Islam dari berbagai disiplin ilmu dan genre (aliran) sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Barat. Sebagai contoh karya : oleh Ibn Sina,
 Perpustakaan digital (digital library atau electronic library atau virtual library) adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital dan yang bisa diakses dengan komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dll. Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkan secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan komputer. Istilah perpustakaan digital pertama kali diperkenalkan lewat proyek NSF/DARPA/NASA: Digital Libraries InitiativeProyek Gutenberg. pada tahun 1994. Perpustakaan digital yang paling banyak dikenal saat ini adalah
Proyek Gutenberg, sering disingkat PG, adalah suatu upaya sukarela untuk melakukan digitalisasi, pengarsipan, dan distribusi karya-karya budaya. Didirikan pada 1971, PG merupakan perpustakaan digital tertua. Sebagian besar koleksinya adalah naskah lengkap buku-buku domain umum. Proyek ini berupaya menyediakan semua koleksinya sebebas mungkin, dalam format yang tahan lama dan terbuka serta dapat digunakan di hampir semua komputer. Selayaknya pengembangan PG ini dilakukan bertahap di daerah-daerah untuk memenuhi kebutuhan generasi milineal zaman sekarang. Dengan mengambil tiga pilar penting generasi milineal zaman dahulu yaitu: mengkaji, menulis, dan menterjemahkan karya-karya agung lalu mendokumentasikannya di dalam perpustakaan.
Perpustakaan tidak akan dipenuhi dengan dokumen-dokumen usang yang berbentuk buku lagi namun perpustakaan mulai diselimuti oleh banyaknya soft file dari kajian, tulisan, dan terjemahan dari para generasi milineal zaman sekarang. Dengan demikian, maka para pengunjung pustakawan dapat men-download atau mengunduh file dengan mudah dan dapat membacanya tidak harus di dalam ruangan perpustakaan yang tertutup, namun dapat dinikmati di luar gedung perpustakaan, sehingga perpustakaan tidak hanya terbatas dalam ruangan namun akan muncul slogan bahwa “semua tempat adalah perpustakaan”, karena kita dapat menikmati hasil dari perpustakaan dimana kita duduk sambil membawa laptop dan membaca file-file yang sudah didapatkan dari perpustakaan tersebut. 
Perpustakaan yang disiapkan untuk generasi milineal harus tanggap dan up-dateJasa Kesiagaan Informasi. Jasa Kesiagaan Informasi adalah salah satu jenis layanan rujukan yang memungkinkan pemustaka mendapatkan informasi mengenai bahan pustaka baru bidang  yang diminatinya.  Jasa Kesiagaan Informasi (JKI) mencakup kegiatan memamerkan bahan pustaka yang baru diterima oleh perpustakaan, memilah dokumen yang sesuai dengan minat pemustaka dan menyebarkan informasi tersebut. Jadi, tiga pilar penting yang menjadi tugas utama JKI adalah memamerkan, memilah, dan menyebarkan. dengan informasi-informasi terkini. Untuk memenuhi hal tersebut, selayaknya setiap perpustakaan di daerah-daerah atau di perguruan-perguruan tinggi harus dilengkapi dengan
Tiga pilar ini menjadi unsur penerus dari tiga pilar proses berkembangnya ilmu pengetahuan di zaman perpustakaan Baitul-Hikmah di Baghdad dahulu kala, yaitu: mengkaji, menulis, dan menterjemahkan karya-karya agung lalu mendokumentasikannya di dalam perpustakaan. Setidaknya ketiga pilar ini saling melakukan hubungan simbiosis mutualisme di zaman generasi milineal sekarang dengan menjadikan perpustakaan sebagai subjeknya, yaitu segala bentuk kajian, tulisan, dan terjemahan yang baru dipamerkan, dipilah, dan disebar luaskan oleh pihak perpustakaan, sehingga perpustakaan akan menjadi pemantik utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di kalangan mahasiswa. Dan untuk lebih memotivasi kegiatan tersebut, pihak perpustakaan dalam beberapa waktu tertentu mengadakan perlombaan karya tulis ilmiah, penerjemahan buku, atau penulisan artikel. Sehingga diharapkan perpustakaan diisi oleh karya-karya yang telah dilombakan dan layak untuk dinikmati oleh para pengunjung perpustakaan yang datang. Perpustakaan akan hidup mandiri dengan karya-karya orisional dari masyarakat di sekitar perpustakaan tersebut.


*Mahasiswa Jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta.
Pernah menjadi staff perpustakaan di Pondok Modern Gontor Ponorogo.

The Atmotarunoz

Atmotaruno adalah nama sebuah bani yang diambil dari nama orang. Ia adalah nama silsilah keluarga kami. Atmotaruno adalah sosok kritis yang tetap elegan, berani tapi santun. Dengan kehadiran Atmotaruno, proses membaca dan menulis akan segera dimulai. Sebuah langkah untuk memulai hidup yang penuh dengan keajaiban Tuhan. Keajaiban yang tidak pernah kita duga munculnya, adanya, dan kehadirannnya. Tiba-tiba muncul di depan kita tanpa sadar dan tanpa permisi. Alhasil kita kaget melihat keajaiban itu. Keajaiban Tuhan tersebut adalah proses membaca dan menulis. Atmotaruno akan memulainya. Bismillah