Sore itu…
Hujan baru saja berhenti,
Bau tanah kering yang baru saja tersiram air hujan masih terasa,
Tawa riang bocah-bocah bermain di sekitar halaman begitu ramainya,
Serasa berada di surga kala sore tiba
Sore itu…
Aku berada di teras rumahmu,
Memandangimu dengan wajah mu yang lugu dan ayu,
Aku tak dapat berkata apa-apa lagi setelah tau sore itu seindah senyum kamu,
Sore itu…
Bahagia hati ini bisa duduk berdua dengan mu,
Karena memang hanya kamu yang dapat menenangkan hati ku,
Berdua kita duduk menikmati sore di depan teras rumahmu,
Kata orang-orang, teras rumah memang tempat yang mesra untuk berdua,
Berdua saja,, iya berdua saja,, tanpa ditemani kehampaan dan kesendirian,
Tanpa diiringi lagi nada-nada sumbang kegalauan dan kesedihan,
Aku akan terus berada di terasmu, sembari berbincang-bincang apa saja,
Sore itu… adalah cantikmu….
Aku sayang kamu sore yang cantik..
Ibnu Qirsy
Minggu, 26 Agustus 2012
Selasa, 21 Agustus 2012
Secangkir Kopi Buat Totok
Malam ini cukup terasa panas. Totok hanya berdiam sendiri di kamar kosnya. Waktu terus berputar seakan-akan jarum jam berdetik berlomba-lomba seiring dengan hembusan nafas manusia. Malam minggu alangkah enaknya jika anak muda seperti Totok dapat keluar kamar untuk sekedar menikmati udara malam dengan pujaan hati. Namun apalah daya, jangankan pujaan hati membayangkan sosok perempuan idaman saja sangat berat dilakukan oleh Totok. Selama ini ia hanya sibuk dengan laptop barunya di kamar. Berbagai macam buku-buku teori telah ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ia asyik dengan pekerjaannya sebagai seorang penerjemah. Banyak sekali buku-buku yang sudah ia terbitkan sehingga dapat membantu para mahasiswa dalam proses belajarnya. Rutinitas itulah yang selama ini ia tekuni. Ia sangat berambisi untuk terus menjadikan tumpukan buku di kamarnya sebagai sang pujaan hati. Suatu malam ia menatap dengan tatapan kosong layar laptop yang sedang menyala. Ia tidak tahu apa yang harus ia tulis. Totok sebagai seorang manusia biasa mulai mengalami sebuah kejenuhan luar biasa dengan buku-buku yang ada di kamarnya. Setiap hari ia selalu mendengar suara manja mahkluk bernama perempuan dari kamar sebelah. Kadang ia tergoda dengan suara perempuan itu. Kadang ia malah menikmati suara manja itu. Ya benar suara itu hanya dimiliki oleh perempuan. Kamar sebelah itulah yang membuat Totok malam itu terasa kikuk. Kamar itu dihuni oleh seorang mahasiswa baru dari Jawa Barat. Mahasiswa itu pendiam, tidak banyak omong, namun suara perempuan dari dalam kamarnya cukup mengganggu Totok pada malam itu.
Hampa. Kesepian. Butuh teman. Mungkin itu yang ia rasakan sekarang. Laptop masih menyala. Lagu-lagu Nidji masih menemani Totok di kamar. Suara perempuan itu terdengar lagi. Canda tawa dari kamar sebelah terus terdengar dari kamarnya. Mereka lagi asyik dengan hewan peliharaan yang ada di depan kamar mahasiswa baru itu. Kadang Totok memaklumi karena ia adalah mahasiswa baru yang masih senang-senangnya menikmati mabuk cinta, tapi lama-lama Totok mulai terhantui oleh suara manja itu. Seakan-akan ia adalah hantu besar yang menggoda birahinya. Selama ini tidak ada perempuan yang berani mendekatinya. Totok pun mulai tergoda. Ia biarkan perasaanya malam itu melayang-layang sendiri. Ia terus dihantui oleh suara manja itu. Canda tawa kamar sebelah malah menjadi musibah bagi Totok. Akhirnya ia berbaring di atas kasur kamarnya yang mulai menipis karena sering dipakai. Lama-lama ia mulai mengantuk. Selang beberapa saat terdengar pintu kamarnya diketuk oleh seorang perempuan. Totok bangun. Ia membuka pintu kamarnya. Ia melihat wajah perempuan yang selama ini suara manjanya itu telah menghantui kamarnya. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri paras ayu wajahnya. Rambutnya yang panjang. Kulitnya yang putih. Badan tinggi semampai. Mata sipit oriental. Dan yang pasti suara manjanya itulah yang selama ini menakuti Totok. Kenapa harus menakuti? Apakah memang karena selama ini ia tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta? Atau memang karena akhir-akhir ini Totok asyik sendiri dengan pekerjaanya di kamar. Rutinitas itulah yang ternyata menjadi akar sebab musabab kenapa ia jenuh dan bosan. Ia begitu menikmati indahnya malas dan manisnya egois. Ia jarang bertegur sapa dengan tetangga di samping kamarnya. Akhirnya malam minggu ini Totok bertemu dengan perempuan itu.
Secangkir kopi hangat diberikan perempuan manja itu kepada Totok. Dengan senyumnya yang manja dan menggoda kopi panas itu diberikan kepadanya agar Totok semangat dalam bekerjanya dan tidak ngantuk. Totok tidak dapat berkata-kata banyak. Ia masih terbuai dengan kecantikan dan manjanya perempuan itu. Ia terima secangkir kopi itu dengan ucapan terimakasih dan dengan wajah dingin. Hal itulah yang membuat perempuan itu tidak berlama-lama di depan kamar kos Totok. Ia segera kembali ke kamar cowoknya. Totok segera menutup pintu kamarnya lagi. Suasana kos jadi hening. Canda itu mulai pudar. Dan Totok hanya bisa memandangi secangkir kopi itu di kamarnya. Malam yang panas ini semakin panas dengan datangnya kopi itu. Ia tidak tahu kenapa ia tidak bisa ceria di depan perempuan yang telah berbaik hati memberinya secangkir kopi agar Totok tidak ngantuk dalam menerjemah buku-buku di kamarnya. Namun itulah yang ia rasakan malam itu. Entah Totok akan meminumnya atau hanya memandangi secangkir kopi itu. Kamar sebelah tak lagi ribut. Suasanya semakin sunyi. Totok hanya dapat merasakan secangkir kopi itu dari kejauhan namun paras ayu dan manja perempuan itu lebih panas dan manis dibandingkan dengan secangkir kopi di depannya. Perempuan itu memang bukan miliknya, namun perempuan itulah yang telah dimiliki oleh imajinasi Totok selama ini….
Ibnu qirsy
Yogyakarta, 5 Juni 2010
Sabtu, 18 Agustus 2012
ATASONESIA
Penerjemahan sebagai sebuah proses dan produk telah mengantarkan
manusia menuju zaman yang terang benderang dengan beragamnya ilmu pengetahuan.
Ibarat orang yang membuka jendela di pagi hari, maka ia akan dapat merasakan
hangat dan nikmatnya cahaya matahari pagi. Begitu pula dengan penerjemahan yang
selama ini telah membuka ‘kejahilan’ manusia akan ilmu menuju ‘kemahiran’ dalam
memahami dan mengamalkan ilmu pengetahuan. Sampai dengan zaman modern ini, penerjemahan
sebagai sebuah proses dan produk telah membuka proses transfer ilmu pengetahuan
dari varian bahasa sumber yang telah dimiliki oleh umat manusia.
ARABIC TRANSLATOR ASSOCIATION OF INDONESIA
(ATASONESIA)
Komunitas ini adalah wadah bagi para penerjemah Arab di Indonesia, baik bahasa Arab diposisikan sebagai bahasa sumber maupun bahasa Arab sebagai bahasa target. Wadah atau komunitas ini akan menampung pikiran-pikiran handal dan terkini para penerjemah Arab di Indonesia agar pembelajaran bahasa Arab di Indonesia semakin berkembang dengan pesat, karena tidak dapat dipungkiri untuk belajar bahasa asing kunci utamanya terletak pada proses penerjemahan bahasa Asing tersebut. Dengan demikian baik teori maupun praktik penerjemahan harus terus dikembangkan. Salah satu cara terbaik adalah dengan berkumpul, duduk bersama, sekedar wedangan juga tidak apa-apa untuk membincangkan proses dan produk terjemahan Arab. Semoga komunitas terjemah ini bisa menjadi wadah untuk menjadi wasilah sebuah usaha memajukan dan mencerdaskan bangsa. Salam Terjemah !!
BY: TURJUMAN 2012
Langganan:
Postingan (Atom)